Kali ini mau share tentang salah satu tugas di salah satu matakuliah di semester 6 kemarin.
Jadi di mata kuliah ini, di tiap tugas kami harus wawancara narasumber yang latar belakangnya dari DKV dan sekarang sudah "berprofesi".Untuk tugas yang ini temanya adalah Industri Kreatif, jadi narasumbernya harus berkaitan atau yang bekerja pada industri itu.
Setelah searching sana sini akhirnya pilih Lampu Runa buat jadi narasumbernya.
Sebenernya pertama lihat dan tau Lampu Runa itu di ig nya Diana Rikarsari hmm udah cukup lama sih, tapi gak dicari tau lebih dalam. Nah.. pas dapet tugas ini gue cari2 deh industri kreatif di Indonesia, eh ketemu lampu Runa, karena dari awal (dulu) liat sudah tertarik sama desain lampunya yang gak biasa barulah gue cari tau lebih dalam ketemu deh FB nya mba Intan dan kebetulan ternyata mba Intan adalah alumni FSRD Trisakti dan DKV juga, Yeaay!! Makin semangat deh mau wawancara.
Jadi di mata kuliah ini, di tiap tugas kami harus wawancara narasumber yang latar belakangnya dari DKV dan sekarang sudah "berprofesi".Untuk tugas yang ini temanya adalah Industri Kreatif, jadi narasumbernya harus berkaitan atau yang bekerja pada industri itu.
Setelah searching sana sini akhirnya pilih Lampu Runa buat jadi narasumbernya.
Sebenernya pertama lihat dan tau Lampu Runa itu di ig nya Diana Rikarsari hmm udah cukup lama sih, tapi gak dicari tau lebih dalam. Nah.. pas dapet tugas ini gue cari2 deh industri kreatif di Indonesia, eh ketemu lampu Runa, karena dari awal (dulu) liat sudah tertarik sama desain lampunya yang gak biasa barulah gue cari tau lebih dalam ketemu deh FB nya mba Intan dan kebetulan ternyata mba Intan adalah alumni FSRD Trisakti dan DKV juga, Yeaay!! Makin semangat deh mau wawancara.
Kenapa tumben banget share "tugas kuliah"?
Idk, kaya sayang aja gitu kalau disimpen sendiri :p hahahaa harus lebih banyak orang yang tahu tentang Lampu Runa, harus (y).
oiya dan gak ada maksud komersil yaa, sebenernya cuma buat rame-ramein entri blog aja dengan isi yang agak berbobot hahaha.
Dan terimakasih juga Mba Intan untuk wawancaranya dan sudah mengizinkan ceritanya dibagi di blog ini :D
oiya dan gak ada maksud komersil yaa, sebenernya cuma buat rame-ramein entri blog aja dengan isi yang agak berbobot hahaha.
Dan terimakasih juga Mba Intan untuk wawancaranya dan sudah mengizinkan ceritanya dibagi di blog ini :D
(jadi ini copas dari tugas asli yang dikumpulin tapi ada beberapa bagian yang gak dimasukin karena.. karenaaa.... gak enak aja dibaca kepanjangan :p)
Profesi Desainer Komunikasi
Visual dalam Industri Kreatif
Industri kreatif mengutamakan ide dan kreatifitas sebagai “modal”
awalnya.
Sama hal nya dengan Desain Komunikasi Visual, dimana kita belajar
berkomunikasi melalui citra visual sehingga diperlukan ide-ide yang brilian
serta tidak lupa kreatifitas dalam berkarya. Dengan demikian DKV memegang peran
yang cukup penting dan dapat masuk ke berbagai bagian dalam industri ini.
..............................................................
......................................................
Karya yang Menginspirasi
Lampu Runa adalah salah satu industri kreatif di Indonesia yang telah menembus
pasar internasional. Bukan hanya sekedar lampu, lampu ini juga dikenal
sebagai lampu karakter karena penyangga lampunya merupakan karakter yang iconic dengan tagline nya, Everything We Love Inspires Us, lampu Runa hadir dengan konsep
desain yang fun, modern sekaligus classic, dan ada unsur quirky-nya.
Usaha
ini didirikan oleh pasangan suami istri Noro Ardanto dan Intan Pradina.
Keduanya sama-sama memiliki latar belakang di bidang seni dan desain. Sang
suami adalah lulusan Desain Produk FSRD Trisakti, sedangkan sang istri Mba
Intan Pradina adalah lulusan Desain Komunikasi Visual FSRD Trisakti ’93.
Mba Intan dan Suami |
Sebelum
memulai usaha ini mereka pernah bekerja di bidangnya masing-masing. Mas Noro
yang seorang desainer produk sempat bekerja selama belasan tahun di bisnis
ekspor handicraft, sedangkan mba Intan yang lahir di Jakarta, 23 April 1974
selepas kuliah sempat menjadi Desainer Grafis di beberapa perusahaan. Di tahun
2001 ia pernah bekerja di perusahaan printed
media yang tidak jauh dari dunia kreativitas. Mengawali pekerjaan sebagai
Art Desainer di sana, ia kemudian diberi kesempatan untuk menggeluti profesi
baru sebagai feature writer dan editor, kariernya terus melesat hingga sampai
pada posisi managing editor di Cosmopolitan Indonesia dan terakhir mencapai puncaknya sebagai pemimpin redaksi di Mother & Baby Indonesia.
Di
awal tahun 2012 mba Intan mengundurkan diri dari perusahaan karena ingin punya
lebih banyak waktu untuk keluarga. Saat itulah ia bersama suami kemudian
mewujudkan mimpi, yakni membangun bisnis sendiri. Dengan latar belakang
masing-masing mereka saling melengkapi dalam bisnis ini. Mereka sempat
bereksplorasi mendesain berbagai handicraft
dan produk home décor, tapi belum ada
yang benar-benar pas dan ada beberapa konsumen yang tidak puas.
Sampai kemudian sang suami hendak ikut pameran di Ho
Chi Minh City, Vietnam, namun kekurangan barang lalu timbul ide untuk mengubah
desain beberapa pajangan patung tentara bergaya vintage Prancis menjadi lebih fun
dan ditambah fungsinya sebagai lampu. Ternyata lampu-lampu tersebut mendapat
sambutan hangat di Vietnam dan sepulangnya ke Indonesia mereka mantap melanjutkan
usaha pembuatan lampu ini. Itulah kemudian yang menjadi ciri khas lampu Runa
karena semua desain lampunya tidak memiliki kepala. Shade/kap lampu didesain seolah menjadi ‘topi’ yang menjadi satu
kesatuan dengan badan lampunya.
Dalam proses produksi pertama mba Intan dan suami melakukan
brainstorm untuk mendapatkan tema
melalui ide-ide yang muncul karena ide yang segar, unik, tidak biasa, dan
orisinal adalah salah satu senjata utama usaha ini, setelah tema didapat mereka
mencari referensi dari berbagai sumber dan melakukan riset. Kemudian masuk ke
proses sketch figur yang kebanyakan dilakukan oleh mas Noro dengan latar
belakangnya sebagai desainer
produk dan keahliannya dalam membuat sketch dua/tiga dimensi sehingga lebih
mudah dipahami oleh perajin pahat, setelah sketch selesai mereka berdiskusi
dengan pemahat dan kemudian perajin akan membuat pahatan kasar. Sebelum memahat
kayu-kayu yang masih mentah telah melalui proses jemur sehingga kering dan
direndam dalam cairan anti jamur. Setelah pahat kasar, perajin mulai mengukir
detail. Lalu masuk ke proses pengecatan, disini mba Intan lebih banyak mengambil bagian, seperti mendesain motif
terutama untuk lampu-lampu yang feminin seperti ballerina. Proses pengecatan diawali dengan pemberian warna
dasar, setelah kering dilanjutkan dengan warna sesuai desain yang diinginkan.
Dan yang terakhir pemasangan electrical dan kap lampu.
Selain desain, mba Intan juga berperan dalam hal
promosi/pemasaran, kerjasama, dan media
relation atau semua yang berhubungan dengan customer juga publikasi termasuk sosial media.
Proses produksi Lampu Runa
Para perajin yang terlibat dalam produksi tersebut
sebagian besar adalah para perajin yang dulunya adalah pembuat wayang golek
asal Subang, hal tersebut dilakukan karena para perajin ini memiliki skill dan
keterampilan yang terlatih dalam membuat ukiran dalam bentuk 3D. Selain itu Mba
intan dan Mas Noro juga ingin melestarikan kebudayaan indonesia dan mengangkat
kehidupan para perajin tradisional tersebut.
Karena
dibuat secara handmade dari awal
hingga akhir, setiap lampu menjadi sangat eksklusif, dan tidak diproduksi
secara masal. Pasar lampu Runa sangat segmented,
bukan pangsa pasar yang besar, karena mereka adalah kalangan B+A dan
orang-orang yang memiliki selera tersendiri seperti para penikmat seni dan
mereka yang sangat menghargai nilai sebuah karya. Untuk itu, bagi para costumer
harga tidak menjadi masalah. Mba Intan dan suami tidak pernah meniru produk
lampu lain, karena semua inspirasi tema murni datang dari hal-hal yang mereka,
bahkan anak-anak mereka, sukai, sesuai dengan tagline lampu Runa.
Beberapa produk Lampu Runa |
Misalnya
saja tema Fashion Icon Lamp itu
karena mereka memang penikmat fashion dan mba Intan adalah pengagum icon
fashion dunia seperti Audrey Hepburn dan Carrie Bradshaw. Demikian juga dengan
tema koleksi Ballerina, yang didasari
pada kesukaan mereka pada panggung teater dan pertunjukan balet. Inspirasi juga
datang dari kedua anak mereka, Rumi dan
Narini yang akhirnya nama tersebut
dijadikan brand Lampu RuNa.
Usaha yang terbilang baru ini masih memiliki beberapa
kendala, seperti tantangan dari sisi internal yaitu sulit mendapatkan perajin
yang skill-nya bagus. Kesulitan dalam
mengomunikasikan maksud/tujuan pada perajin karena pendidikan mereka relatif
rendah. Selain itu dukungan pemerintah masih kurang terasa di bidang ini. Namun
saat ini ia melihat industri kreatif sedang menggeliat, sedang bergerak. Banyak
kaum muda berani membangun usaha di bidang kreatif dan membuka peluang untuk
anak muda lainnya masuk ke dalam industri ini, entah sebagai pelaku, atau
penikmat sebagai permulaan. Mudah-mudahan ke depannya lebih baik lagi.
Penutup
Banyak sekali industri yang berkembang di Indonesia, salah satunya
yang sedang ‘menggeliat’ adalah industri kreatif. Industri kreatif adalah industri yang berasal dari pemanfaatan
kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menghasilkan suatu kreasi
yang berguna dan bermanfaat serta dapat memberikan kesejahteraan bagi orang
banyak.
Banyak usaha usaha kreatif yang tumbuh namun banyak
juga yang tidak berumur panjang karena mereka mengabaikan disiplin-disiplin
yang ada.
Pada
dasarnya industri ini lebih mengutamakan ide dan kreatifitas, bagi kita yang
sudah masuk ke dunia desain tentu sudah tidak asing dengan hal tersebut. Banyak
lapangan pekerjaan terbuka untuk desainer grafis. Selama kita mau membuka diri
dan belajar banyak hal, tentu kesempatan akan lebih banyak datang.
* * * * *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar